Sejarah Braille

Difabel netra adalah orang yang termasuk dalam kategori penyandang disabilitas sensorik (Pasal 4 ayat (1) huruf (d) UU Penyandang Disabilitas). Salah satu yang digunakan difabel netra untuk membaca adalah menggunakan sebuah sistem yang disebut braille. Braille adalah sistem sentuhan membaca dan menulis untuk difabel netra di mana titik-titik timbul mewakili huruf-huruf alfabet, tanda baca, juga simbol untuk menunjukkan pengelompokan huruf. Satu tangan atau kedua tangan pembacanya digerakkan dari kiri ke kanan sepanjang baris, dan umumnya dilakukan dengan jari telunjuk. Kecepatan membaca rata-rata adalah sekitar 125 kata per menit, bisa juga hingga 200 kata per menit dengan kecepatan lebih tinggi. Braille digunakan di buku, kartu, maupun board games untuk memberi akses kepada difabel netra dalam membaca dan berinteraksi.

Sejarah braille dimulai ketika seorang anak berusia sebelas tahun bernama Louis Braille yang tidak sengaja menusuk matanya dengan pusut (awl) saat ia membantu mengerjakan tugas membolongi barang-barang kulit yang diproduksi oleh ayahnya. Braille yang tinggal di desa Coupvray, Prancis, mengadopsi sistem komunikasi yang digunakan oleh para tentara saat malam hari yaitu “night writing” sonography ciptaan Charler Barbier, mantan tentara Prancis arahan Napoleon Bonaparte. Barbier membuatnya pada sel berdiri/kolom sebanyak 12 titik; berukuran dua titik lebar dan enam titik tinggi. Setiap titik atau kombinasi titik-titik di dalam sel mewakili huruf atau suara fonetik.

Ilustrasi.

Foto: http://parislesstraveled.wordpress.com/2011/08/14/musee-valentin-hauy-a-history-of-innovations-for-and-by-the-blind/

Keuntungan dari sistem komunikasi ini adalah para tentara dapat berkomunikasi dengan aman pada malam hari. Sebelumnya, para tentara memakai lampu untuk membaca pesan tempur sehingga mereka terlihat oleh tentara lawan. Namun, sistem ini mempunyai kekurangan yaitu satu kali sentuhan saja oleh ujung jari tidak cukup untuk membaca sel berukuran 12 titik, sehingga kemudian dikembangkan oleh Braille saat ia menjadi siswa di National Insitute of the Blind, Paris, selama 9 tahun untuk memudahkan komunikasi antar difabel netra. Perubahan dari 12 titik ke 6 titik memudahkan ujung jari membaca dan mencakup seluruh unit sel dengan satu kali sentuhan dan bergerak cepat dari satu sel ke sel berikutnya.

 

Ilustrasi

Foto: https://brailleworks.com/wp-content/uploads/2013/11/Braille-Cell.jpg

Hingga saat ini, braille secara bertahap diterima di seluruh dunia sebagai bentuk dasar komunikasi tertulis bagi difabel netra dengan beberapa modifikasi kecil seperti penambahan kontraksi yang mewakili kelompok huruf atau seluruh kata yang sering muncul dalam bahasa yang dapat mengurangi ukuran buku-buku braille agar lebih praktis.

 

Sumber:

History of Braille – https://brailleworks.com/braille-resources/history-of-braille/

Description and History of Braille – https://www.acb.org/history-of-braille

 

Kaysha Ainayya Sasdiyarto

Ketua UKM Peduli Difabel UGM 2018

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top